Rabu, 06 Januari 2010

Wega dan Arin (Renungan)

nama saya Wega Putra Pratama saya bekerja disuatu perusahan yang ada di jakarta, saya ingin menulis sebuah kisah yang pernah saya alami.

Semua berawal dari sebuah perkenal ditempat dimana saya bekeja. saya melihat seorang pegawai baru yang bekerja diperusahan dimana saya bekerja, kebetulan dia berada diprofesi yang sama, disini saya berkenalan dengan dia, dia bernama Nova Arinindya, sebut saja dia Arin.




nama saya Wega Putra Pratama saya bekerja disuatu perusahan yang ada di jakarta, saya ingin menulis sebuah kisah yang pernah saya alami.

Semua berawal dari sebuah perkenal ditempat dimana saya bekeja. saya melihat seorang pegawai baru yang bekerja diperusahan dimana saya bekerja, kebetulan dia berada diprofesi yang sama, disini saya berkenalan dengan dia, dia bernama Nova Arinindya, sebut saja dia Arin.

dari perkenalan itu saya dan dia bekerja sebagai satu tim dapat bekerja, saya perhatikan wanita ini tertarik kepada saya, dari perhatiannya, dia sering menanyakan apakah saya sudah sarapan, apakah saya sudah sampai rumah dengan selamat, bahkan dia sering mengajak saya makan siang berdua. disitu saya tahu kalau Arin menyukai saya, semakin hari hubungan kita semakin dekat.

suatu hari saya diperkenalkan kepada orang tua Arin, entah apa yang dipikirkan Arin sepertinya dia berharap saya yang akan menjadi pendamping hidupnya. di tengah-tengah percakapan saya dengan orang tua Arin, terbesitlah kalimat yang sudah ada dipikiran saya dari mulut orangtua Arin yaitu "kapan dek Wega melamar Arin?". setelah kalimat itu terucap serentak saya terdiam dan memikirkan jawaban apa yang akan saya berikan. disela-sela saya terdiam orangtua Arin melanjutkan kalimatnya orangtua Arin berkata "hanya Adik yang membuat Arin jadi kembali bersemangat kerja, dan baru kali ini kami melihat Arin sesebahagia ini, jadi tolong jangan kecewakan Arin!".

sebelum saya menjawab saya mengambil minum dahulu yang telah disediakan, sambil saya memikirkan apa jawaban apa yang harus diberikan kepada orangtua Arin.

saya sudah tidak memikirikan masalaha ekomoni. rumah, kendaraan, dan dana untuk masa depan sudah saya miliki.
saya berfikir hubungan saya dengan Arin sudah sangat dekat, Arin sudah sangat mencintai saya, tapi saya masih ragu sama perasaan saya, saya memang mencintai Arin, tapi apa cukup rasa cinta yang saya miliki ini saya bawa ke jenjang yang lebih lanjut?. sangat susah memutuskannya, dan saya bingung sekali.

disaat itu orangtua Arin menanyakan kembali pertanyaannya. dengan perasaan tidak ingin mengecewakan Arin dan orangtuanya. dalam perasaan bingung saya menyetujui akan melamar Arin pada bulan berikutnya.

lamaranpun berlangsung dan pernikahanpun akan dilaksanakan. saya melihat Wajah arin yang sangat bahagia, dan sayapun senang melihat dia sebahagia itu. tak lama pernikahan berlangsung, saya dan Arin benar-benar telah diikat oleh suatu ikatan pernikahan. saya pun bahagia karena bisa menikahi Arin yang sangat mencintai saya, dan juga mempunya paras yang cantik seperti bidadari.

rumah tanggaku berjalan bahagia di tahun pertama, bahkan kami dikarunia satu anak yang cantik seperti Arin. disitu saya merasa bahagia sekali.

pada saat itu pula ditempat saya bekerja kedatangan pegawai baru, seorang wanita berpenampilan sederhana, perparas manis, memakai kemeja yang sewajarnya untuk bekerja, melangkah masuk ketempat saya bekerja, dan meja kerja dia ternyata bersebelakan dengan meja kerja saya. karena saya pikir dia rekan kerja saya, jadi tanpa basa-basi saya dan dia berkenalan. Namanya Mira, namanya sesederhana orangnya. dia tak beda jauh umurnya dengan saya dan sama-sama sudah menikah.

karena saya satu tim dengan Mira, saya lebih sering bersama dengan dia dibanding pegawai lainnya. semakin lama saya mengenal Mira, saya semakin tertarik dengan Mira, saya merasakan perasaan yang berbeda selama ini yang saya rasakan terhadap istri saya sendiri. bisa dibilang saya jatuh cinta terhadap Mira.

hampir setengah tahun saya bekerja satu tim dengan dia. hubungan saya dan Mira makin dekat, saya bahagia sekali bila bersamanya, dan saya lebih memilih kerja lembur bersama Mira karena alasan ingin selalu bersamanya.

saya gembira, saya senang, saya bahagia, meskipun harus pulang malam atau tidak pulang kerumah. dan tanpa sadar saya menulis prasaan saya ini di blog saya. prasaan yang intinya saya telah menemukan kebahagiaan, kesenangan yang tidak penah didapat dari istri saya. disisi lain saya melihat istri saya Arin mengalami perubahan. dia mengembalikan mobil yang saya berikan(karena memang jarang digunakan), tidak pernah meminta uang tambahan lagi, sayapun merasa senang, karena istri saya sudah bisa memenejer uang yang saya berikan. sampai sekitar 3bulan istriku Arin tiba-tiba membeli sepeda motor, dengan alasan ingin selalu mengantar jemput anak ku. iya, saya maklumkan kalau  Arin ingin membeli dengan alasan itu, tapi yang saya heran kenapa Arin tidak meminta kepada saya?. saya tidak memikir panjang soal itu, karena saya sedang merasa bahagia dengan Mira.

sampai suatu hari Mira mengetahui perasaan saya kepada Mira, dan akhirnya Mira berkata dengan bijaknya, bilang kepada saya, "saya mengerti apa yang mas rasakan, tapi ingat mas, mas sudah memiliki istri yang sangat sayang sama mas, dan saya tahu rasanya bila istri mas tahu tentang ini semua, dan mas juga tahukan saya sudah memiliki suami, dan saya sayang sekali sama dia, jadi ada wajarnya semua ini dikembalikan lagi ke awal, mas menganggap saya hanya sebatas rekan kerja saja.". sesaat saya terdiam dan memikirkan kata-kata Mira, dan saya mengerti apa yang Mira maksud. Mira bermaksud menyadarkan saya, kalau memang disamping saya, ada orang yang setia mendampingin saya, yang sangat mencintai saya, anak saya dan keluarga saya.

saya baru sadar bertapa berharganya keluarga buat saya. dan saya sudah salah selama ini, menganggap semua yang Arin lakukan biasa-biasa saja, dan berfikir kalau memang itu kewajiban dia sebagai istri aku. tapi ternyata itu adalah wujud rasa cintanya dia ke seorang suami. saya berjanji akan membahagiakan Arin dengan sepenuh hati.

jam kerjapun sudah habis, saya berpamitan pulang dengan Mira dan rekan-rekan kerja yang lain dan saya bermaksud langsung bertemu Arin dan meminta maaf kedia atas semua yang telah aku lakukan selama ini. saya tahu jam saya pulang kerja adalah jam dimana Arin menjemput anakku disekolah. saya langsung bergegas menuju sekolah anak saya.

pas sekali, saya sampai disana bel sekolah berbunyi dan saya melihat Arin menunggu anak saya di sebelarang jalan. saya berfikir sebentar harus meminta maaf darimana. dan saya pun turun dari mobil. saya melihat Arin melambai-lambaikan tangannya ke arah sekolah, yang bertanda Arin sudah melihat anak kami keluar sekolah, dan saya melihat Arin senang sekali melihat buah hatinya keluar dari sekolah, dan tanpa tergesah-gesah Arin menyebrang bermaksud menjuput anak kami. ketika Arin menyebrang dari sisi jalan rasa ada sebuah mobil berjalan dengan kencang, saya rentak berteriak memanggil Arin dan berlari menuju Arin untuk menarik Arin untuk tidak menyebrang dulu. tapi Arin terus jalan menyebrangi jalan. dan sekejap Arin tergeletak dijalan. dan saya pun segera menghapiri Arin dan berusaha membawanya kerumah sakit. ketika saya ingin membawanya kerumah sakit Arin berkata "mas, aku sayang mas melebihi apapun, aku sayang keluarga kita, aku sayang anak kita sepenuh hati aku, meskipun aku tahu apa yang mas rasakan, tapi aku tidak peduli karena aku merasa tidak bisa hidup tanpa mas di sisi aku,aku sayang mas dengan segala kekurangan mas.". dan itu kata-kata terakhir dari Arin, semenjak itu Arin tidak pernah berkata-kata lagi.

saya sangat menyesal sekali karena telah menyia-nyiakan apa yang Arin lakukan. saya telah menghianati kaluarga saya. saya sanagat menyesal sekali, dan saya baru sadar setelah kepergian Arin, betapa saya membutuh dia, saya baru sadar kalo saya sangat tidak bisa berbuat apa-apa tanpa dia, dan saya baru sadar keterbiasaan yang saya lakukan selama ini adalah karena saya mencintai dia, bukan hanya perasaan hampa saja.

"Arin maafkan aku atas segala kekurangan aku, maafkan aku selama ini yang menyia-nyiakan dirimu, dan karena aku tidak tahu kamu memaafkan aku atau tidak, aku akan menjaga anak kita ini, dan tidak akan mengabaikannya sedikitpun, karena aku tidak ingin kehilangan kamu(anak kita) kedua kalinya."

0 komentar:

Posting Komentar