Rabu, 30 Desember 2009

Paku dan Amarah (Renungan)

suatu hari ada seorang ayah yang menyadari anak laki-lakinya bersifat pemarah. Untukmengurangi kebiasaan marah sang
anak, ayahnya memberikan paku dan mengatakan segenggam paku pada anak itu untuk menancapkan sebuah paku disebuah kayu setiap kali anaknya mengeluarkan amarah.

Hari pertama anaknya telah mengeluarkan amarah sebanyak 48 kali dan menancapkan 48 paku kayu yang telah disediakan.


Lalu secara bertahap jumlah paku yang ditancapkan itu berkurang. anaknya mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada harus menancapkan paku kekayu.

Akhirnya tibalah hari dimana anaknya merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak menancapkan paku kekayu lagi. anaknya memberitahukan hal ini kepada ayah, dan ayah itu mengusulkan agar anaknya mencabut satu paku yang telah ditancapkan untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayah bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya kekayu yang telah di pakukan kemarin.
ayah berkata : “Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang dikayu ini.
kayu ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. “Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan. Kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang bekas tertancapnya paku ini
Di hati orang lain. Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut
pisau itu, Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada, DAN luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik”

renungan atau hikmah yang bisa diambil dari cerita tersebut adalah : jangan suka mengeluarkan amarah kepada orang lain, karena efek dari amarah itu akan selalu ada pada orang yang kamu marahi meskipun kamu udah meminta maaf kepada orang tersebut dan secara tidak langsung orang itu akan terus mengingat hal buruk apa yang orang itu pernah alami.
jadi berhati-hatilah terhadap amarah yang kamu keluarkan.



[+/-] Selengkapnya...

Percakapan Ubin dan Patung (renungan)

disebuah tempat suatu hari patung dan lantai(ubin) melakukan suatu dialog atau percakapan

ubin merasa dunia ini tak adil karena dia diciptakan hanya untuk diletakan dibawah dan di injak-injak oleh manusia-manusia yang melintas. sedangkan patung yang sama-sama dibuat dengan tanah slalu di agung-agungkan dan diberi penghargaan oleh manusia-manusia.

suatu hari ubin merasa kesal dan bertanya kepada patung.

ubin : hai patung, dunia ini sungguh tidak adil ya..?
patung : tidak adil knp?


ubin : ya lihat saja, saya dan kamu diciptakan sama-sama dari tanah, tapi kenapa kamu yang selalu di diperhatikan? sedangkan saya slalu di injak-injak.
patung : sekarang saya tanya, brapa lama kamu dibuat?,
ubin : hanya dengan waktu 1hari saja. menjawab dengan nada bertanya-tanya

dan patung bertanya kembali "dengan brapa segi kamu dibuat?!!"

ubin menjawab : saya hanya dibagi menjadi segi 4.

patung langsung menjawab :
justru itu lah letak ke adilannya. kamu hanya dipotong membentuk segi-4, sedangkan saya.lihat lah apa kamu bisa melihat brapa bnyak segi yang ada di tubuh saya?apa kamu bisa menghitungnya?,
kamu hanya merasakan 4kali kesakitan karena dipotong, sedangkan saya harus merasakan sakit karena beratus-ratus bahkan beribu-ribu kali dipotong untuk membentuk seperti saya ini.
jadi wajar klo saya di perhatikan dan diagung-agung kan, bahkan diberi penghargaan. toh memang saya sudah merasakan sakit yang teramat sangat. kalo dibanding kamu yang hanya dipotong sebanyak 4 segi, ya wajar kalo tugas kamu seperti itu.hanya di injak-injak tanpa di perhatikan orang.


hikmah atau renungan yang dapat diambil dari cerita tersebut adalah : jangan merasa bangga terlebih dahulu dari apa yang telah di dapar dan jangan merasa rendah saat melihat orang yang lebig berhasil dari kita. dan memang sebenarnya keberhasilan dapat diraih memalui kesakitan(kerja keras) terlebih dahulu.




[+/-] Selengkapnya...

Jumat, 25 Desember 2009

Renungan dari Seorang Tukang Jam

Ada sebuah kisah tentang pembuat jam tangan.

seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya.
Pembuat jam : "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?"
Jam tangan : "Ha?!!, Mana sanggup saya?". berteriak karena kaget.
Pembuat jam :"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?". bertanya dengn sabar ke jam tangan,
Jam tangan : "Delapan puluh ribu empat ratus kali???? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?".

lalu untuk kesekian kalinya Pembuat jam bertanya lagi kepada Jam tangan buatannya.

Pembuat jam : "Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?"
Jam tangan : "Dalam satu jamharus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu"
tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.dan merasa tidak mampu untuk berputar sebanyak itu.


Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada si jam."Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?"

lalu jam tangan pun langsung menjawab :
"Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!"

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

Renungan :Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang semula kita anggap impossible untuk dilakukan sekalipun. Jangan berkata "tidak" sebelum Anda pernahmencobanya.Kata Bijak :Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun. Yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain.


[+/-] Selengkapnya...